Jumat, 29 Oktober 2010

Filsafat Terlambat (2)

di pangkuan sang ibu. Sang ibu menjerit tak kuasa menahan kesedihannya. Kontan orang-orang disekitarnya merubngi anak beranak itu. Sang dokter hanya berdiri diam menyesali dirinya. Andaikan dia datang tepat waktu, paling tidak masih bisa merujuk pasiennya itu ke rumah sakit.
Penumpang lain, tentara marinir juga akan bertugas. Ia adalah pengemudi tank amfibi TNI AL. Waktu telah menjukkan pukul 08.30 waktu di mana latihan pendaratan sudah dimulai. Sesampainya di pangkalan hanya tanknya saja yang masih teronggo di tepi pantai. Rupanya tiga personel lain menunggu setengah jam di dalam tank yang panas. Komandannya pun sangat marah melihat anakbuahnya ini. Lalu ia teringat cerita ayahnya yang dahulu tentara PETA. teringat benar olehnya sewaktu bertempur 10 November di Surabaya dahi beliau hampir terkena peluru tajam apabila terlambat satu detik saja tiarap. Tembok toko milik pengusaha Cina itu langsung jebol terkena peluru 12mm. Sebuah pejaran berharga ini lalu dia sadari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar