Kamis, 30 Juni 2011

Panglima TNI Jamin Pasokan Suku Cadang Pesawat Hibah Aman

24 Juni 2011

Pesawat F-16 Amerika (photo : ANG)



TEMPO Interaktif, Jakarta - Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menepis kekhawatiran banyak pihak akan kendala kesulitan suku cadang terkait kebijakan menerima hibah 24 pesawat F16 bekas dari Amerika Serikat. "Sekarang kita sudah punya F-16 semua berjalan dengan baik dan lancar. Suku cadang juga didukung karena kita punya kerjasama," katanya seusai menjadi Inspektur Upacara Apel Kebangsaan Gerakan Muda (GM) Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan dan Putra-Putri TNI Polri (FKPPI) di Lapangan Markas Kodam V Brawijaya, Surabaya, Jumat 24 Juni 2011.


Menurut Panglima, hibah 24 pesawat tempur jenis F-16 dari Amerika akan melengkapi alat utama sistim senjata milik TNI Angkatan Udara. Hibah itu saat ini tengah diproses. Secara prinsip TNI telah memilih program hibah tersebut dan telah diajukan ke pemerintah. Saat ini pihak Amerika juga sedang mengkaji. "Saya harapkan itu berjalan sesuai rencana," kata Panglima Agus.


Menurut Panglima TNI, sesuai rencana, Amerika akan menghibahkan sebanyak 24 unit F-16. Hibah diberikan secara bertahap dalam empat tahun. "24 unit sesuai rencana, per tahunnya sesuai kemampuan retrofit atau pemeliharaan peningkatan kemampuan. Kalau tidak salah setiap tahunnya delapan unit," ujar Panglima TNI.


F-16 hasil hibah ini nantinya akan dibuatkan beberapa skuadron udara tersendiri untuk melengkapi dua skuadron F-16 yang saat ini telah dimiliki TNI AL di Lapangan Udara Iswahjudi, Madiun.


Untuk proses hibah sendiri, ke-24 F-16 yang akan dihibahkan saat ini masih dalam proses upgrading sebelum benar-benar diserahkan ke Indonesia. Tak hanya itu, menyusul penyerahan hibah ini, F-16 yang kini telah dimiliki TNI AL, rencananya juga akan menyusul dilakukan proses upgrading untuk menyesuaikan teknologi terkini dari kemampuan tempur pesawat tersebut.

alutsista

Selasa, 19 April 2011

12 Kapal Perang TNI AL Ikut Terlibat Dalam Uji Coba Rudal

Kru Kapal Republik Indonesia (KRI) Surabaya-591 melakukan pengamatan jalur lintasan yang dilalui di ruang kendali di kawasan perairan Selat Sunda, Selasa (19/4).

JAKARTA - TNI AL menyiapkan uji coba penembakan rudal Yakhont buatan Rusia di Selat Sunda.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Tri Prasodjo dalam jumpa pers di KRI Surabaya-591 Surabaya, Selasa (19/4), mengatakan bahwa sebanyak 12 kapal perang mengikuti uji penembakan yang diadakan pada Rabu (20/4) ini.

”Ini uji penembakan pertama rudal Yakhont yang memiliki jangkauan hingga 300 kilometer. Rudal ini seharga 1,2 juta dollar AS per unit. Lokasi penembakan ke sasaran sekitar 200 kilometer,” kata Tri Prasodjo.

Sasaran tembak rudal Yakhont adalah KRI Teluk Bayur buatan Amerika Serikat yang sudah tidak digunakan lagi. KRI Teluk Bayur sudah dihapus dari perbendaharaan negara sehingga dapat digunakan sebagai sasaran tembak.

Rudal Yakhont merupakan senjata permukaan ke permukaan (surface to surface) yang memiliki daya hancur dahsyat.

Tri Prasodjo tidak menjelaskan berapa banyak rudal Yakhont yang dimiliki dalam persenjataan TNI AL.

Selain menembakkan Yakhont, TNI AL juga mengadakan uji tembak rudal Exocet buatan Prancis, rudal Mistral, dan penembakan torpedo dari kapal selam.

Lokasi penembakan berada di ujung selatan Selat Sunda. Lokasi sasaran KRI Teluk Bayur berada di perairan Samudra Hindia sebelah selatan Pulau Enggano di Provinsi Bengkulu.

Sejumlah teknisi Rusia, pakar ilmiah Indonesia, dan 1.000 personel TNI AL terlibat dalam uji coba senjata itu. KRI Surabaya-591 Surabaya yang merupakan kapal komando (flag ship) Armada RI Kawasan Timur (Armatim) menjadi Posko Latihan.

Direncanakan, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, para Kepala Staf TNI, pimpinan Komisi I DPR, dan para pejabat akan datang ke KRI Surabaya.

Sejumlah pesawat intai maritim dan helikopter dikerahkan dalam latihan tersebut. KRI Surabaya berjenis landing platform dock (LPD) mampu didarati sejumlah helikopter dalam operasi militer.

Sumber : KOMPAS

Kamis, 18 November 2010

Aku dan Jalan Raya Sawoo Safari (2)

ku. Orangnya humoris dan suka berpetualang, dan satu-satunya teman SD yang masih kental denganku. Dari SD aku mengenalnya, ketika masih di barat sana, disebuah SD selatan SMP Sawoo. Walau sejak SMA dia tak lagi satu sekolah denganku tapi sampai sekarang kami masih baik. Sampai di SD 3 hatiku bergetar lembut, ah, begitu cepat tujuh tahun berlalu. Dulu, di depan tokonya Lik Yem itu aku duduk menunggu bus. Masih terigat jelas dibenakku, siswa SMP yang menurutku tinggi-tinggi pada waktu itu selalu menghalangku apabila hendak menyetop bus. Agak ke barat sana ada jalan ke selatan, belum diaspal. Itu jalan ke rumah nenek. Begitu mendarah daging jalan tanah itu. Maklum, di rumah yang sederhana itu aku lahir. Orangtuaku belum punya rumah sendiri, masih tinggal di rumah ibunya ibuku. Sekarang nenek tinggal bersama paman dan bibi ditemani oleh seorang cucu. Anak-anaknya telah bekerja termasuk orangtuaku. Motor bapak yang satu ini memang sudah berumur tapi masih bandel untuk menyusuri jalanan desa Sawoo yang tidak rata. Entah kenapa pemerintah dirasa kurang memperhatikan keadaan jalan di sini, sangat berbeda dengan di tempatku kos yang mulus. Terus ke barat, Koramil kulalui, kantor Dikbud, lapangan kulon, orang-orang biasa menyebut tanah lapang di Desa Prayungan ini dengan "lapangan kulon" karena letaknya di barat lapangan desa Sawoo yang lebih ke timur. Di sini dulu biasanya aku olahraga. Di sebelah barat ada bekas pabrik marmer yang sudah tutup. Marmer yang diambil dari pegunungan di Sawoo itu belum "matang" sehingga kurang laku. Terus ke barat, ini adalah jalanku dulu waktu SD. Besuki, SMA Sambit, Tamansari, Berbo, adalah tempat-tempat di mana bus biasa menurunkan penumpang. Sampailah di Safari. Bukan kebun binatang, bukan juga kebun jeruk. Safari adalah baliho salon kecantikan yang disebut kenek bus saat aku turun. "sapari... ha langsung sapari.." begitulah aksi kenek sambil memukulkan uang receh dua kali ke kaca bus tanda bus harus berhenti saat itu juga.

Aku dan Jalan Raya Sawoo Safari

Pagi ini begitu cerah, namun hatiku murung. Besuk aku harus kembali meneruskan studiku di Surabaya. Bukan studi yang membebaniku tetapi semua ini telah kulalui selama hampir 20 tahun. Tadi seperti biasa, ibuku kuantar pakai motor honda prima tahun 89 milik ayah. Menanjak, memang tempat ibu bekerja di sekolah dasar yang bisa dibilang di daerah pegunungan. Kembali dari Sekolah Dasar itu , jalan mulai turun. Kuhentikan motorku di sisi bukit pinggir jalan. Di tempat sejuk ini aku berhenti. Kicauan burung terdengar sangat merdu dihiasi kokokan ayam jago milik warga. Di sana tampak bentangan luas kabupaten Ponorogo. Di kejauhan barat laut sana terlihat bangunan berwarna kuning tua, sangat jelas. Tak lain itu gedung pemerintahan milik Pemkab. Di timurnya beberapa tower telepon selular dan deretan gedung-gedung rendah menghiasi. Dan yang paling timur itu mungkin STAIN, sebelah baratnya SMA ku dulu. SMA yang begitu indah, begitu mengesankan. Dari sekolah itulah aku bisa seperti ini, melanjutkan studi yang lebih tinggi. Terimakasih banyak. Sudah cukup, aku pulang.
*
Sampai di pasar Sawoo, hiruk pikuk pasar sudah terasa pagi ini. Pedagang kambing, sayuran, kelontong, berjubel di kanan kiri jalan membuat kendaraan yang lewat berjalan merayap. Jalan berbelok ke kiri, ke arah barat, ke rumahku. Di pojokan tikungan itu rumah karib-

Jumat, 29 Oktober 2010

Filsafat Terlambat (2)

di pangkuan sang ibu. Sang ibu menjerit tak kuasa menahan kesedihannya. Kontan orang-orang disekitarnya merubngi anak beranak itu. Sang dokter hanya berdiri diam menyesali dirinya. Andaikan dia datang tepat waktu, paling tidak masih bisa merujuk pasiennya itu ke rumah sakit.
Penumpang lain, tentara marinir juga akan bertugas. Ia adalah pengemudi tank amfibi TNI AL. Waktu telah menjukkan pukul 08.30 waktu di mana latihan pendaratan sudah dimulai. Sesampainya di pangkalan hanya tanknya saja yang masih teronggo di tepi pantai. Rupanya tiga personel lain menunggu setengah jam di dalam tank yang panas. Komandannya pun sangat marah melihat anakbuahnya ini. Lalu ia teringat cerita ayahnya yang dahulu tentara PETA. teringat benar olehnya sewaktu bertempur 10 November di Surabaya dahi beliau hampir terkena peluru tajam apabila terlambat satu detik saja tiarap. Tembok toko milik pengusaha Cina itu langsung jebol terkena peluru 12mm. Sebuah pejaran berharga ini lalu dia sadari.

Filsafat Terlambat (1)

Terlambat atau tidak tepat waktu, jam karet, adalah sebutan lain untuk terlambat. seorang siswa terganggu dengan adanya terlambat. dia merasa, pada waktu mereka terlambat kemudian mendapat hukuman, itu adalah salah guru. Katanya guru membodohinya, membuat tidak konsentrasi saat pelajaran berlangsung karena habis mancabuti rumput atau berlari-lari mengitari lapangan basket. Dianggapnya terlambat adalah tindakan wajar yang tidak sepantasnya mendapat hukuman.

Di satasiun Gubeng, seorang masinis menjalankan keretanya terlambat setengah jam karena tertidur. Saat itu, 200 penumpang menunngu di stasiu Wonokromo. Diantara penumpang itu ada yang berprofesi sbg dokter, marinir, polisi, guru SMP, karyawan kantor, dan panjual tahu. Setenah jam berlalu, kereta pun datang. Penumpang tampak gusar dan sekali-kali melihat jam tangan mereka. Kereta sampai di Sidoarjo. Sebagian besar penumpang tirun dari dokter sampai penjual tahu. Sang dokter terkejut ketika sampai di tempat praktiknya, ia melihat seorang balita meninggal

Codename: Raven: Catatan kecil kekuatan TNI AU kita

bro sedikit kurang pas nih, yang 32 hawk TNI AU lawan Super hornet. Perlu diketahui, Hawk 109/209 itu adalah light aircraft atw pestem ringan. buatan 90an bro itu, hawk yang 80an itu yang homebasenya di madiun, yang hawk MK53. biasanya bawa 2 buah sidewinder. Nah, super hornet itu kelas berat, bisa disandingkan dg sukhoi. rudalnya pun ngak tangung2, bisa nenteng 6 sidewinder, 2 sparrow, dll. sebelum "mata" radar hawk ngeliat, udah bisa kena tembak duluan tuh hawk. F-16 kita pun masih dibawah super hornet. Padahal yang di atas nimitz itu sebagian besar pestem kelas berat.

kemudian dari segi rudal. rudal kita terbatas, sedangkan pestem di nimitz sisa2 tuh rudal.
Jadi, rasanya masih terlalu berat untuk melumpuhkan penghuni nimitz walau kita kerahkan seluruh kekuatan pestem TNI AU.